Terkena infeksi kanker serviks berarti sudah melewati ambang batas pencegahan atau deteksi dini. Tidak hanya virus HPV saja yang menyebabkan infeksi kanker serviks, namun banyak faktor antara lain karena berbagai sebab seperti perilaku seksual bebas, risiko tinggi kanker serviks juga menghinggapi mereka yang berhubungan seks atau menikah di usia muda (kurang dari 20 tahun), suka berganti ganti pasangan, melahirkan banyak anak, kurang menjaga kebersihan dan kesehatan organ intim, hingga mereka yang memiliki pasangan laki laki yang belum dikhitan, memiliki suami lebih dari satu.
Terlambatnya deteksi kanker terjadi karena pengetahuan masyarakat mengenai kanker serviks masih terbatas. Faktor lain adalah kurangnya kesadaran untuk menjaga, merawat dan memelihara kesehatan serta kecantikan organ intimnya. Disamping itu terkadang segan untuk melakukan konsultasi pada dokter atau kepada yang ahlinya.
Berhubung tidak mengeluhkan gejala apa pun, penderita kanker serviks biasanya datang ke rumah sakit ketika penyakitnya sudah mencapai stadium 3. Menurut informasi yang dikutip dari Jakarta Online, rata-rata pasien mulai datang ke dokter saat mereka sudah merasakan gejala seperti perdarahan pasca hubungan seksual, perdarahan di luar masa haid, jumlah darah haid yang tidak normal, keputihan bercampur darah atau nanah, bahkan perdarahan pada masa menopause.
Masalahnya, jika kanker serviks sudah mencapai stadium 2 sampai stadium 4 maka kanker ini telah mengakibatkan kerusakan pada organ-organ vital tubuh, seperti kandung kemih, ginjal, dan lain sebagainya. Akibatnya, operasi pengangkatan rahim saja tidak cukup membuat penderita sembuh seperti sedia kala. Tidak hanya operasi, penderita masih harus mendapatkan terapi tambahan, seperti radiasi dan kemoterapi. Walaupun langkah tersebut sudah dilakukan sekalipun namun tidak dapat menjamin 100% penderita mengalami kesembuhan. Bila diringkas menurut dr Brahmana Askandar, SpOG (K) dari Poli Onkologi RSU dr Soetomo (di harian Jakarta Online) Kanker serviks stadium I memiliki peluang kesembuhan 90%, stadium II 70%, sementara stadium III tinggal 30 %. “Peluang sembuh bagi penderita kanker serviks stadium IV hanya 10%,” katanya.
Belum lagi berapa besar biaya-biaya yang dibutuhkan. Maka sangat diajurkan mengikuti kata pepatah “Lebih baik mencegah daripada mengobati”.
Berhubung tidak mengeluhkan gejala apa pun, penderita kanker serviks biasanya datang ke rumah sakit ketika penyakitnya sudah mencapai stadium 3. Menurut informasi yang dikutip dari Jakarta Online, rata-rata pasien mulai datang ke dokter saat mereka sudah merasakan gejala seperti perdarahan pasca hubungan seksual, perdarahan di luar masa haid, jumlah darah haid yang tidak normal, keputihan bercampur darah atau nanah, bahkan perdarahan pada masa menopause.
Masalahnya, jika kanker serviks sudah mencapai stadium 2 sampai stadium 4 maka kanker ini telah mengakibatkan kerusakan pada organ-organ vital tubuh, seperti kandung kemih, ginjal, dan lain sebagainya. Akibatnya, operasi pengangkatan rahim saja tidak cukup membuat penderita sembuh seperti sedia kala. Tidak hanya operasi, penderita masih harus mendapatkan terapi tambahan, seperti radiasi dan kemoterapi. Walaupun langkah tersebut sudah dilakukan sekalipun namun tidak dapat menjamin 100% penderita mengalami kesembuhan. Bila diringkas menurut dr Brahmana Askandar, SpOG (K) dari Poli Onkologi RSU dr Soetomo (di harian Jakarta Online) Kanker serviks stadium I memiliki peluang kesembuhan 90%, stadium II 70%, sementara stadium III tinggal 30 %. “Peluang sembuh bagi penderita kanker serviks stadium IV hanya 10%,” katanya.
Belum lagi berapa besar biaya-biaya yang dibutuhkan. Maka sangat diajurkan mengikuti kata pepatah “Lebih baik mencegah daripada mengobati”.
0 comments:
Post a Comment